info main bola – Sejumlah tim pernah menjadi juara Premier League akan tetapi tak sedikit yang kemudian gagal mempertahankan gelarnya karena mereka adalah juara yang buruk.
Salah satu tim yang pernah mencatatkan diri sebagai juara Premier League adalah Liverpool. Mereka menjadi juara dengan tampil perkasa pada musim 2019-20 lalu. Musim ini The Reds berusaha untuk bisa mempertahankan gelar juaranya. Namun penampilan pasukan Jurgen Klopp tersebut tak konsisten.
Mereka kadang tampil gacor akan tetapi kemudian di laga berikutnya mereka tampil loyo. Contohnya di dua laga terakhir, melawan Brighton dan Manchester City.
Dua laga itu, yang semuanya digelar di Anfield, berakhir dengan kekalahan. Hasil negatif tersebut kemudian memancing komentar legenda Manchester United, Roy Keane.
“Liverpool membuat banyak alasan, bagi saja mereka adalah juara yang buruk,” kata Roy Keane kepada Sky Sport.
Juara buruk seperti ini bukan pertama kalinya terjadi di Premier League. Ada sejumlah tim yang di satu musim jadi juara liga dan di musim berikutnya performa mereka menurun drastis dan akhirnya finis di posisi yang tak diinginkan. Di antaranya ada Manchester United dan Chelsea.
Bagaimana kisah para juara buruk tersebut, khususnya dalam satu dekade terakhir? Finis di posisi berapa mereka di musim berikutnya usai jadi kampiun Premier League?
Manchester United – Musim 2013/14
Manchester United menjadi juara Premier League pada musim 2012-13. Itu adalah musim terakhir mereka dipimpin oleh manajer legendarisnya, Sir Alex Ferguson.
Pada musim berikutnya, kursi Sir Alex diisi oleh mantan bos Everton, David Moyes. Ternyata itu adalah keputusan yang salah.
Performa Manchester United jeblok. Moyes dipecat hanya setelah 10 bulan bekerja di Old Trafford.
Skuat Manchester United kemudian sempat dipimpin oleh Ryan Giggs. Namun pada musim itu Setan Merah finis di peringkat ketujuh dengan koleksi 64 poin.
Itu adalah pertama kalinya MU gagal finis ke Liga Champions sejak tahun 1995. Manchester United juga untuk pertama kalinya finis di luar posisi tiga besar di Premier League.
Chelsea – Musim 2015/16
Pada musim 2014-15, Chelsea dilatih oleh Jose Mourinho. Pria Portugal itu sebelumnya merapat lagi ke Stamford Bridge sejak tahun 2013 setelah sebelumnya menukangi Real Madrid.
Di musim pertamanya kembali ke Chelsea, ia membawa The Blues finis di posisi ketiga. Baru pada musim berikutnya, ia membawa Eden Hazard dkk meraih gelar juara Premier League lagi dengan tiga laga tersisa.
Mourinho saat itu diberi penghargaan Manager of the Season. Di sepanjang musim, Chelsea cuma kalah tiga kali saja.
Namun di musim berikutnya, performa Chelsea jeblok abis. Mereka memulai musim dengan hanya memetik 11 poin dari 12 pertandingan di liga.
Chelsea akhirnya mendepak Mourinho pada bulan Desember, setelah The Blues kalah sembilan kali dari 16 laga di Premier League. Padahal di awal musim ia meneken kontrak baru berdurasi empat tahun.
Chelsea sendiri kemudian dinahkodai oleh Guus Hidink sampai akhir musim. Sayangnya The Blues cuma bisa finis di posisi 10 klasemen dengan raihan 50 poin dari 38 laga.
Leicester City – Musim 2016/17
Sebuah kejutan besar terjadi di Premier League pada musim 2015-16. Leicester City, tim semenjana yang diperkuat para pemain kurang terkenal tampil ganas dan menjegal tim-tim besar di liga.
Tim yang dinahkodai oleh Claudio Ranieri itu akhirnya menjadi juara. Mereka unggul 10 angka dari Arsenal yang ada di posisi kedua dan 11 angka dari Tottenham yang ada di posisi ketiga.
Namun di musim berikutnya, The Foxes tak bisa mengulang performa apiknya. Di laga pembuka, mereka sudah langsung kalah dari Hull City.
Mereka kemudian menelan tujuh kekalahan dari 15 laga pertamanya di liga. Leicester bahkan sempat mendekati zona degradasi. Pada akhirnya Ranieri pun dipecat oleh Leicester pada bulan Februari, saat kompetisi menyisakan 13 laga.
Saat itu Leicester City cuma terpisah satu angka saja dari zona degradasi. Usai memecat Ranieri, mereka bisa bangkit dan akhirnya finis di posisi 12 klasemen Premier League dengan raihan 44 poin.
Chelsea – Musim 2017/18
Chelsea memang sempat terpuruk pada musim 2015-16. Namun mereka dengan cepat bisa bangkit pada musim 2016-17.
Saat itu Chelsea dinahkodai oleh Antonio Conte. Hadirnya pria asal Italia itu membuat The Blues tampil perkasa dan sempat mencatatkan beberapa rekor, termasuk jumlah kemenangan terbanyak dalam satu musim.
Akan tetapi pada musim berikutnya, Chelsea gagal mengulang performanya di musim sebelumnya. Di laga pertama di liga mereka langsung kalah dari Burnley di Stamford Bridge.
Masalah di luar lapangan juga menganggu keharmonisan skuat Chelsea. Akhirnya setelah 14 laga, The Blues terpeleset lima kali; rinciannya dua kali imbang dan tiga kali kalah.
Antonio Conte memang terus bertahan di Chelsea meski performa tim asuhannya menurun. Namun pada musim itu The Blues cuma bisa dibawanya finis di posisi kelima dengan raihan 70 poin, terpisah 30 angka dari Manchester City yang jadi juara.
5 dari 5
Manchester City – Musim 2019/20
Pada musim 2018-19, Manchester City berhasil mempertahankan gelar juara liganya yang mereka peroleh pada musim sebelumnya. Di musim itu mereka mengemas 98 poin, kurang dua angka saja dari musim 2017-18.
Akan tetapi di musim berikutnya, konsistensi yang ditunjukkan oleh tim asuhan Josep Guardiola di dua musim sebelumnya sirna. Hal ini tak lepas dari cederanya beberapa pemain pilar mereka, khususnya Aymeric Laporte.
Absennya Laporte karena cedera lutut itu membuat lubang besar di lini pertahanan Man City. The Citizen pun kehilangan lebih banyak poin ketika liga baru berjalan di bulan Desember (19 poin) dibandingkan dengan dua musim sebelumnya meski digabungkan sekalipun.
Bahkan pada satu titik, tepatnya sekitar bulan Maret, Man City sempat tertinggal 25 angka dari Liverpool yang ada di puncak klasemen. City sendiri akhirnya memang tetap finis di posisi kedua klasemen.
Namun dari 28 laga, mereka kalah sembilan kali dan imbang tiga kali. Manchester City cuma mengoleksi 81 poin saja, tertinggal 18 angka dari Liverpool.