info main bola – Regulasi salary cap di La Liga membuat Barcelona kerepotan. Kabar buruknya, aturan tersebut ingin diadaptasikan oleh UEFA dalam lingkup yang lebih luas.
La Liga menerapkan salary cap dengan tujuan menghindari klub-klub pesertanya jatuh ke dalam jurang kebangkrutan. Secara umum, regulasi ini mengatur batas beban gaji buat setiap klub yang terlibat.
Batas gaji ditentukan dari berapa banyak pemasukan yang didapatkan klub. Presiden La Liga, Javier Tebas, menjelaskan: “Jika Barca berhemat 10 juta euro dari gaji pemain, mereka hanya bisa mengalokasikan 2,5 juta untuk membayar menggaji pemain baru.”
“Jika Barcelona ingin merekrut pemain yang memiliki gaji 25 juta euro per musim, mereka harus mengurangi pengeluaran skuat 100 juta euro – entah itu dengan menjual pemain atau mengurangi tagihan upah keseluruhan,” lanjutnya
Soal Salary Cap UEFA
Regulasi tersebut merepotkan Barcelona. Alhasil, mereka jadi tak bisa mempertahankan Lionel Messi yang kontraknya habis pada awal bulan Juli lalu. Mereka masih melampaui salary cap meski Messi rela gajinya dipangkas hingga 50 persen.
Polemik ini sepertinya mengundang perhatian UEFA. Mereka, sebagaimana yang tercantum dalam laporan The Times, ingin menggunakan regulasi serupa dimulai dari bulan depan untuk menggantikan Financial Fair Play.
Laporan tersebut menyatakan kalau UEFA bakalan menetapkan salary cap sebesar 70 persen dari pemasukan klub. Dan kalau dilanggar, meeka harus membayar ‘pajak kemewahan’ yang nantinya didistribusikan ke klub lain.
FFP Kerap Dikritik
Peran Financial Fair Play belakangan kerap dikritik publik. Aturan ini sepertinya tak mampu membendung daya belanja gila-gilaan klub yang didukung dana nyaris tak terbatas dari penguasa minyak.
Pandemi Covid-19 membuat klub harus tiarap karena tidak bisa menyeimbangkan pemasukan dan pengeluaran. Mereka harus kreatif dalam memberikan proposal pembelian pemain agar tidak melanggar aturan tersebut.
Namun, klub seperti PSG dan Manchester City tidak terlihat mengalami krisis seperti klub-klub top Eropa lainnya. PSG sanggup memberi gaji tinggi buat Messi, dan Manchester City baru saja mengamankan Jack Grealish seharga 100 juta euro.
Mungkin inilah waktunya untuk mengevaluasi kembali aturan Financial Fair Play dan menggantinya dengan regulasi baru. Tapi, salary cap UEFA sepertinya masih memiliki celah. Pakar sepak bola The Times, Tariq Panja, memberi peringatan bahwa ‘pajak kemewahan’ ini masih bisa diakali dalam praktiknya.