Sven-Goran Eriksson Menyesal Pernah Tinggalkan Lazio

17 Oct 2000: Lazio manager Sven-Goran Eriksson watches as his team go one-nil up during the match between Lazio and Arsenal in the UEFA Champions League Group B at the Olympic Stadium, Rome, Italy. Mandatory Credit: Clive Brunskill/ALLSPORT

INFOMAINBOLA – Sven-Goran Eriksson menyesal pernah meninggalkan Lazio. Tapi, hal itu harus dilakukan karena tawaran melatih Timnas Inggris sulit ditolaknya.

Eriksson melatih Lazio mulai musim 1997 setelah sebelumnya sukses bersama Sampdoria. Lazio adalah tim keempat Eriksson di Italia setelah AS Roma dan Fiorentina di era 80-an.

Boleh dibilang Lazio adalah puncak karier Eriksson di level klub karena dia mampu memberikan satu gelar Scudetto pada tahun 2000, lalu dua Coppa Italia, Piala Winners, dan Piala Super Eropa.

Musim 1999/2000 adalah era terbaik Eriksson karena Lazio meraih double winners. Performa hebat Eriksson itu membuatnya ditaksir banyak klub, tapi pelatih asal Swedia itu malah menerima tawaran melatih Inggris pada Januari 2001.

Tawaran itu sulit ditolak karena The Three Lions begitu seksi untuk pelatih manapun. Siapa yang tak ingin melatih pemain sekaliber David Beckham, Paul Scholes, Michael Owen, Steven Gerrard, atau Frank Lampard saat itu bukan?

Ya, tawaran yang akhirnya disesali oleh Eriksson. Dia merasa harusnya bertahan lebih lama di Lazio karena yakin bisa memberikan trofi lebih banyak untuk klub tersebut.

“Beberapa kali saya berkata pada diri sendiri, mungkin lebih baik saat itu saya bertahan di Lazio dan di Italia. Tapi tawaran melatih Timnas Inggris itu cuma datang sekali seumur hidup. Saya tidak bisa menolaknya dan mungkin akan menyesali selamanya jika melakukan itu,” ujar Eriksson di Football-Italia.

“Mungkin saya sudah membuat kesalahan, mungkin juga tidak, siapa yang tahu kan… yang terjadi biarlah terjadi dan kita tidak bisa mengubahnya juga,” sambungnya.

“Serie A itu liga terbaik di dunia pada era 1980 dan 1990-an, paling sulit, paling menarik, segalanya lah. Saya mendapat tawaran dari Barcelona saat itu ketika datang ke Italia dan saya tolak, karena saya ingin melatih di Serie A,” tutup pelatih berusia 72 tahun itu.