Infomainbola – Di balik setiap pemain yang hebat, seringkali ada cerita sedih yang muncul dari kebangkitannya. Penggawa anyar Chelsea, Hakim Ziyech, tidak berbeda dengan kebanyakan pemain lainnya.
Baru-baru ini, Chelsea mengumumkan bahwa mereka berhasil mendapatkan jasa Ziyech dari klub Belanda, Ajax Amsterdam. Diketahui bahwa kedua tim mencapai kesepakatan dengan nilai transfer sebesar 44 juta euro.
Namun Ziyech tidak langsung bergabung dengan Tammy Abraham dkk karena bursa transfer musim dingin sudah ditutup. Seperti Christian Pulisic, ia baru akan berlabuh di Stamford Bridge begitu musim panas 2020/21 dibuka.
Namanya mencuat sejak musim lalu, di mana Ajax Amsterdam berhasil mencuri perhatian dengan lajunya di Liga Champions. Bersama Matthijs De Ligt dan Frenkie De Jong, Ziyech sukses mengantarkan Ajax sampai ke babak semi-final.
Melihat Sang Ayah Berpulang
Ternyata, Ziyech memendam sebuah cerita sedih yang tertutupi oleh kesuksesannya di Ajax. Sewaktu masih muda, ia harus bisa tabah menjalani hidup dengan rasa sakit ditinggal sang ayah yang harus berpulang lebih dulu.
Pada saat itu, Ziyech masih berumur 10 tahun. Sang ayah harus berpulang setelah bertarung melawan penyakit yang sudah lama dideritanya. Sejak saat itu, ia mengemban misi menjadi seorang pesepakbola profesional untuk membantu keluarganya setelah dikeluarkan dari sekolah saat masih berusia 16 tahun.
Ziyech terlahir di keluarga yang cukup besar – di mana dirinya menjadi anak bungsu dari delapan bersaudara. Ayahnya adalah warga Belanda, sementara sang ibu berasal dari Maroko. Di usia lima tahun, Ziyech sudah mulai berteman dengan sepak bola.
Sepeninggalan sang ayah, kehidupan Ziyech mulai berubah. Rasa putus asa karena ditinggal oleh orang tercinta mempengaruhi kehidupannya di sekolah. Tidak jarang ia dilaporkan membolos dari kelas.
Menembus Skuat SC Heerenven
Pada tahun 2008, Ziyech berhasil menjadi bagian dari skuat SC Heerenven. Namun, ia kerap dilabeli sebagai anak bermasalah kendati diberkahi dengan talenta dalam mengolah si kulit bundar.
Untungnya Ziyech mengenal Aziz Doufikar, yang merupakan mentornya sekaligus pemain berkebangsaan Maroko pertama yang bermain di Belanda. Dengan cepat, ia menembus skuat utama Heerenveen.
Doufikar membuat langkah Ziyech di dunia sepak bola semakin mulus. Pada tahun 2012, ia mendapatkan kesempatan untuk menjalani laga debutnya bersama Heerenven. Saat itu, mereka bertemu dengan NEC Nijmegen.
Ziyech langsung menunjukkan sinarnya. Ia bermain di posisi yang lebih melebar dan menciptakan sejumlah masalah bagi lawannya. Tercatat ia berhasil menciptakan 11 gol dari 36 penampilannya pada waktu itu.
Hidup tak Selamanya di Atas
Hidup tidak selamanya di atas, dan Ziyech tahu persis akan hal itu. Dua tahun setelahnya, ia bergabung dengn FC Twente dan diberi nomor punggung 10. Ia menciptakan 10 gol di semua kompetisi yang membuatnya menjadi kapten pada musim berikutnya.
Sayangnya itu hanya berlangsung selama lima bulan saja. Ia secara terbuka menyatakan kebenciannya terhadap klub serta ambisinya – dan langsung meminta untuk ditransfer ke klub lain. Ban kapten pun dicabut darinya. Beruntung, performanya tidak terganggu dan Ziyech berhasil mencatatkan 17 gol dan 10 assist.
Pada tahun 2016, Ajax berhasil mendapatkan jasanya dengan harga sebesar 10 juta pounds. Tiga tahun berselang, seperti yang diketahui bersama, ia berhasil mengantar Ajax berjalan sampai babak semi-final Liga Champions.
Sukses di Liga Champions
Pemain berusia 26 tahun itu memegang peran penting dalam keberhasilan Ajax menyingkirkan Real Madrid di 16 besar. Ia mencetak dua dari lima gol yang diciptakan Ajax dalam dua leg, dan sang juara bertahan Eredivisie itu unggul secara agregat 5-2.
Ziyech tidak turut mencetak gol saat Ajax bertemu Juventus pada babak perempat final Liga Champions. Kendati begitu, ia tetap ikut serta membuat Ajax berhasil menyingkirkan salah satu dari kandidat juara yang memiliki sosok Cristiano Ronaldo tersebut.
Lalu, pada musim berikutnya, ia melangkahkan kakinya keluar dari Belanda. Ziyech bakalan memulai kiprahnya dalam liga yang kerap dianggap sebagai terbaik di dunia, Premier League, bersama Chelsea mulai musim 2020/21