Infomainbola – Berbeda dengan Cristiano Ronaldo dan Lionel Messi yang potensinya sudah terdeteksi sejak masih muda. Legenda Juventus, David Trezeguet, justru harus susah payah untuk bahwa dia punya kualitas sebagai pemain yang hebat.
Kisah kesuksesannya dimulai saat sedang memperkuat Timnas Prancis dalam ajang Euro 2000. Namun ia masih berada di bawah bayang-bayang duet Nicolas Anelka dan Thierry Henry yang menjadi jagoan sang pelatih, Roger Lemerre.
Pada babak final, Prancis dipertemukan dengan Italia. Lemerre menggunakan formasi 4-2-3-1 dan menempatkan Christophe Dugarry sebagai ujung tombak. Sedangkan Anelka disimpan di bangku cadangan.
Prancis sedang tertinggal 0-1. Mereka sedang membutuhkan gol dan Anelka, pahlawan kemenangan Prancis kala melawan Portugal di babak semi-final, ada di bangku cadangan. Namun ia justru memasukkan Trezeguet untuk menambah daya gedor Les Blues.
Kisah Heroik Trezeguet di Euro 2000
Keputusan Lemerre tidak sia-sia. Pada masa injury time, Trezeguet ikut terlibat dalam gol penyama skor Prancis yang dicetak Sylvain Wiltord. Semuanya berawal dari sundulan Trezeguet usai mengalahkan bek Italia, Mark Iuliano, dalam duel udara.
Karena skor imbang, pertandingan pun dilanjutkan ke babak perpanjangan waktu. Euro 2000 masih menggunakan sistem golden goal, yang artinya siapapun yang berhasil mencetak gol di babak extra time, dialah pemenangnya.
Dua setengah menit sebelum jeda babak pertama extra time, Robert Pires menusuk pertahanan Italia dari sisi kiri dan mengirimkan bola ke kotak penalti. Trezeguet, yang tidak begitu terkawal, menarik kaki kirinya untuk melakukan persiapan menembak.
Francesco Toldo kemudian mengarahkan badannya ke sisi kanan gawang untuk mengantisipasi tembakannya. Namun Trezeguet punya ide lain. Ia menghempaskan bola ke arah sudut kiri atas gawang dan membuat Prancis menang dengan skor 2-1.
Gol itu membuat Trezeguet menjadi pahlawan Prancis, dari yang sebelumnya hanya menjadi ‘cadangan’ buat Anelka dan Henry. Namun gol tersebut justru membuat dirinya berada di posisi yang canggung.
Menjadi Pemain yang Terpinggirkan
Sebelum Euro 2000 berlangsung, Trezeguet sudah sepakat untuk bergabung dengan Juventus. Jelas saja kalau gol itu membuatnya jadi berada di posisi yang canggung, sebab Trezeguet sudah dilabeli sebagai musuh Italia.
Trezeguet punya tanggung jawab untuk mengubah persepsi publik terhadap dirinya. Tidak hanya itu, ia juga harus bisa meyakinkan Carlo Ancelotti untuk bisa mendapatkan tempat di lini depan. Sementara Juventus masih nyaman dengan duet Alessandro Del Piero dan Filippo Inzaghi.
Namun perasaan menjadi pemain terpinggirkan itu sudah akrab di diri Trezeguet. Toh, ia sudah pernah merasakan hal yang sama sewaktu baru bergabung dengan AS Monaco pada tahun 1995.
Trezeguet adalah pemain berkebangsaan Prancis yang tumbuh besar di Argentina. Ia bahkan bergabung dengan Monaco dalam kondisi tidak bisa berbahasa Prancis. Tapi ia sanggup membuat publik terpana dan mendapatkan gelar Pemain Muda Terbaik di Ligue 1.
Trezeguet bergabung dengan Juventus di tahun 2000. Ia datang dengan status pahlawan Prancis. Namun kenyataan tidak berkata manis, sebab dirinya harus menggeser Del Piero dan Inzaghi plus Darko Kovacevic. Dengan segala talentanya, Trezeguet masih saja terpinggirkan.
Bersinar di Juventus
Opsi untuk meninggalkan Juventus sempat datang ke depan Trezeguet. Pada akhir musim perdananya, Trezeguet sempat berdiskusi dengan Gerard Houllier soal kemungkinan untuk pindah ke Juventus. Namun semuanya berubah saat Filippo Inzaghi memutuskan pindah ke AC Milan.
Di musim keduanya, kursi kepelatihan Juventus berganti ke Marcello Lippi. Pada momen itu juga ia merekatkan hubungan dengan Del Piero. Jadilah Trezeguet bersinar dengan catatan 32 gol di semua kompetisi. Juventus meraih Scudeto dan Trezeguet dinobatkan sebaai Pemain Terbaik Serie A musim 2001/02.
Trezeguet memiliki talenta khusus dalam mencetak gol. Selama ada ruang, ia tidak akan menemui kesulitan untuk menjebol gawang lawan. Kehadiran Del Piero yang bertugas untuk mengacak-acak lini pertahanan pun mempermudah dia dalam urusan mencetak gol. Tak ayal kalau Del Piero dan Trezeguet dinobatkan sebagai salah satu duet terbaik dalam sejarah Bianconeri.
Sosoknya tidak tergantikan, meskipun Juventus memboyong Zlatan Ibrahimovic pada tahun 2004. Malah sebaliknya, Fabio Capello yang bertugas sebagai pelatih Juventus waktu itu lebih memilih menduetkan Trezeguet dengan Ibrahimovic ketimbang memainkan Del Piero.
“Trezeguet adalah seekor ular – dia sedikit pendiam dan secara tiba-tiba ia membunuh anda,” tutur pelatih asal Prancis, Arsene Wenger, saat menggambarkan gaya bermain Trezeguet.
Kesetiaan Terhadap Si Nyonya Tua
Juventus mendapatkan musibah di tahun 2006. Putusan hakim menyatakan Juventus sebagai dalang utama dalam kasus Calciopoli dan menjatuhkan mereka ke Serie B. Dua gelar Serie A terakhir yang susah payah mereka dapatkan pun harus diambil kembali dari lemari pialanya.
Bukan cuma gelar, Juventus juga harus kehilangan pemain andalannya. Zlatan Ibrahimovic, Lilian Thuram, Patrick Vieira, hingga Gianluca Zambrotta memutuskan hengkang dari Juventus.
Trezeguet juga punya kesempatan untuk meninggalkan Turin pada saat itu. Pelatih Liverpool, Rafa Benitez, bahkan sudah menyebut Trezeguet sebagai incarannya.
Namun ia lebih memilih untuk setia kepada Si Nyonya Tua bersama empat rekannya, Del Piero, Gianluigi Buffon, Pavel Nedved dan Mauro Camoranesi. Sejak saat itulah, nama Trezeguet terukir permanen di hati fans serta sejarah Juventus sebagai seorang legenda.
Trezeguet mengangkat Juventus kembali ke Serie A pada tahun 2007. Bahkan langsung membantu Bianconeri jadi runner-up di musim 2007/08. Sayangnya, usia menghalangi dirinya untuk bermain lebih lama lagi bersama Juventus. Pada tahun 2010, ia pindah ke Hercules.
Trezeguet memperkuat banyak klub setelah meninggalkan Juventus. Dan pada tahun 2015, sampailah dirinya pada momen menggantung sepatu. Sekarang ia bekerja dari balik layar dan menjadi salah satu bagian di dalam manajemen Juventus.
Ia meninggalkan Juventus dengan catatan 171 gol dari 320 penampilan, plus empat trofi yang salah satunya berasal dari Serie B. Bukan prestasi yang membanggakan, tentu saja. Namun trofi Serie B adalah bukti kesuksesan dan kesetiaan Trezeguet, seorang pemain yang dulunya terpinggirkan.