info main bola – Inter Milan hanya bisa tertunduk lesu usai menyerah 2-3 di hadapan Sevilla pada duel final Liga Europa 2019/20, Sabtu (22/8/2020). Nerazzurri begitu dekat dengan trofi, tapi pada akhirnya kembali jadi nomor dua.
Ya, ini bukan kali pertama Inter hanya jadi tim nomor dua musim ini. Mereka pun hanya bisa finis di peringkat kedua klasemen akhir Serie A, selisih tipis satu poin dengan Juventus yang jadi juara.
Seharusnya Liga Europa bisa jadi kesempatan terbaik Inter untuk menyempurnakan musim ini. Mereka mulai membangun fondasi tim di bawah bimbingan Antonio Conte, dan hasilnya cukup memuaskan.
Sayangnya, jelas terlihat bahwa fondasi itu belum dilengkapi dan disempurnakan. Inter terkadang tampil buruk, tidak konsisten, dan nahasnya kali ini terjadi di final Liga Europa.
Setidaknya ada 3 kesalahan Inter pada duel final dini hari WIB tadi. Apa saja?
1. Kalah di sayap
Seperti biasa, Antonio Conte menurunkan formasi 3-5-2, yang seharusnya menguntungkan Inter dalam duel-duel di kedua sisi lapangan. Namun, pada laga ini justru bek sayap dan winger Sevilla yang bermain lebih bebas.
Jesus Navas merepotkan sisi kiri pertahanan Inter, lalu ada Sergio Reguilon yang tidak bisa dibendung sisi kanan pertahanan pasukan Conte. Dua bek sayap ini terlihat bebas menyerang, tanpa halangan berarti.
Selain itu, masih ada Lucas Ocampos dan Suso yang juga bisa berkeliaran tanpa kawalan berarti. Ocampos bahkan beberapa kali berpindah sisi, dari sisi kiri ke sisi kanan lini serang Sevilla.
2. Performa Gagliardini
Roberto Gagliardini mungkin merupakan pemain yang paling menyesali kekalahan Inter kali ini. Dia tampil buruk, jauh di bawah standar.
Gagliardini dipilih jadi starter bersama Brozovic dan Barella, tapi dia justru menghambat permainan dua gelandang tersebut.
Pemain 26 tahun ini terlalu mudah kehilangan bola dan kalah dalam duel-duel dengan pemain Sevilla. Dia pun bertanggung jawab pada salah satu kebobolan Inter karena gagal menjaga Luuk de Jong.
Conte mungkin memilih Gagliardini dan bukan Christian Eriksen demi menjaga kestabilan lini tengah, tapi yang terjadi justru sebaliknya.
3. Pergantian pemain terlambat
Laga ini ditentukan di babak kedua. Sebelum Romelu Lukaku mencetak gol bunuh diri di menit ke-74, laga berjalan seimbang dengan tempo sedang, kedua tim tampak berhati-hati.
Saat itulah seharusnya Conte melihat celah untuk melakukan perubahan, untuk membuat pergantian pemain, tapi dia tidak melakukannya.
Conte memilih menunggu, keputusan keliru. Inter kemudian kebobolan ketiga dan Conte langsung merespons dengan tiga pergantian pemain. Namun, dengan 10 menit tersisa, pemain-pemain pengganti tidak bisa membuat perbedaan besar.