info main bola – Penikmat sepak bola dunia merasakan pengalaman berbeda di tahun 2020 ini. Liga-liga top Eropa sempat terhenti beberapa bulan karena pandemi, dan tentu penuh kejutan ketika dilanjutkan kembali.
Menengok La Liga, tahun yang tak biasa ini pun menghasilkan sejumlah peristiwa ekstrem. Sebut saja usaha pemberontakan Lionel Messi yang jelas mencuri perhatian, meski pada akhirnya tetap bertahan di Barcelona.
Tahun 2020 ini pun bisa dibilang jadi milik Real Madrid. Zinedine Zidane mampu menuntun timnya melewati masa-masa sulit untuk merengkuh trofi La Liga 2019/20.
Trofi ini begitu spesial karena diraih setelah sepak bola sempat dihentikan beberapa bulan karena Covid-19. Madrid terbukti lebih konsisten ketika musim dilanjutkan, dan jadi juara dengan 87 poin.
Musim 2019/20 yang molor berdampak pada keterlambatan musim 2020/21. Kini sudah sampai di bulan Desember, belum separuh musim terlewati.
Pemecatan Valverde, konflik internal Barca memanas
Tahun kalender 2020 dimulai dengan keputusan besar Barcelona: Memecat Ernesto Valverde.
Kala itu Valverde dianggap gagal mengembangkan tim, sudah mentok. Kegagalan di Supercopa de Espana pun jadi kesempatan terakhir Valverde sebelum mengucapkan selamat tinggal.
Kendati demikian, sebagian besar ruang ganti Barca sempat menentang keputusan ini. Leo Messi dkk. merasa sang pelatih tak sepenuhnya bersalah, justru pihak klub yang harus bertanggung jawab.
Sejumlah pemain senior muncul di depan media, mengkritik keputusan klub yang merancang jadwal pramusim terlalu berat hanya demi kepentingan bisnis.
Setien ditunjuk, pandemi menunda
Pemecatan Valverde tentu berdampak besar. Barca menunjuk Quique Setien sebagai pengganti, alhasil mereka mundur beberapa langkah dalam proses adaptasi dengan pelatih baru.
Setien sebenarnya sempat diuntungkan dengan serangan pandemi virus corona. Liga dihentikan ketika dia baru bekerja beberapa pekan, alhasil punya waktu untuk mematangkan konsep bermain.
Ketika musim dihentikan sementara, Barca masih memimpin klasemen dengan 58 poin dari 27 pertandingan, Madrid mengekor dengan 56 poin.
Liga dilanjutkan, Madrid konsisten sampai juara, Setien pun dipecat
Nahas bagi Setien, penundaan musim tidak cukup memberinya kesempatan. Ketika liga dilanjutkan kembali, ada 11 pertandingan yang dihadapi setiap tim.
Barca terseok-seok hampir di semua laga. Mereka tidak bisa menemukan konsistensi, terkadang menang, tapi lebih sering imbang, bahkan beberapa kali kalah.
Alhasil, Barca pelan-pelan merelakan takhta puncak klasemen sementara pada Madrid yang lebih konsisten.
Pasukan Zinedine Zidane bahkan menyapu bersih setiap laga sampai akhirnya ditahan imbang Real Betis 0-0 di laga terakhir, meski sudah pasti jadi juara.
Los Blancos pun akhirnya jadi juara liga, gelar yang menurut Zidane jauh lebih penting daripada beberapa gelarnya di era pertama melatih Madrid.
Dia hanya bekerja beberapa bulan, kabarnya terlibat konflik dengan Messi, dan akhirnya dipecat secara tidak hormat.
Barca nol gelar, pemberontakan Messi
Situasi Barca tak kondusif. Untuk pertama kalinya setelah bertahun-tahun Blaugrana menutup musim tanpa gelar, jelas tidak bisa dimaafkan.
Kepemimpinan Josep Maria Bartomeu pun mulai disorot. Pihak klub masih saja menyalahkan para pemain, padahal jelas ada kesalahan perencanaan skuad sejak beberapa tahun terakhir.
Lalu fans Barca dikejutkan dengan permintaan Messi meninggalkan klub. La Pulga memberontak, mengaku sudah muak dengan kepemimpinan Bartomeu.
Mundurnya Bartomeu, Barca mulai dari nol
Beberapa bulan usai Messi memutuskan bertahan, Bartomeu akhirnya harus mengalah mundur. Hal ini dimulai dati tanda tangan petisi ribuan anggota klub.
Bartomeu padahal sempat ngotot bertahan. Dia mengumbar janji akan memperbaiki situasi dan kembali menjalin hubungan baik dengan Messi.
Bahkan Bartomeu sudah mendatangkan Ronald Koeman, pelatih baru yang diharapkan bisa memperbaiki masalah tim. Sayangnya itu masih belum cukup menghentikan desakan fans.
Bartomeu akhirnya memilih mengundurkan diri sebelum didesak dengan mosi tidak percaya. Dia membawa serta tim pengurusnya, Barca masih tanpa presiden sampai sekarang.
Madrid tak belanja, panggil pulang pemain pinjaman
Sebesar apa pun Barca dan Madrid, pandemi jelas berdampak pada kestabilan klub. Kondisi finansial kedua klub tidak sehat, harus mengambil keputusan-keputusan berani.
Madrid sebaliknya, Zidane menegaskan tidak akan membeli pemain karena kondisi klub tidak memungkinkan. Dia memilih memanggil pulang sejumlah pemain muda yang beberapa tahun terakhir dipinjamkan.
Akibatnya, musim 2020/21 ini skuad Barca dan Madrid tidak sementereng biasanya, meski masih diisi pemain-pemain bintang.
Musim baru tanpa persiapan matang, Barca-Madrid terseok-seok
Musim 2020/21 dimulai dan sesuai dugaan, banyak tim terseok-seok. Barca dan Madrid sama-sama oleng sejak awal musim, butuh waktu menemukan pijakan untuk melangkah.
Saat ini, setelah 13-15 pertandingan, justru Atletico Madrid yang duduk di puncak klasemen sementara. Pasukan Diego Simeone untung karena tim yang sama beberapa tahun terakhir, tidak banyak perombakan, alhasil lebih mudah memulai tanpa pramusim.
Total Barca sudah menelan 4 kekalahan dan 4 hasil imbang, lebih banyak dari 7 kemenangan mereka. Madrid sedikit lebih baik dengan 10 kemenangan, 2 hasil imbang, dan 3 kekalahan.
Madrid stabil terlebih dahulu, Barca tutup tahun di peringkat ke-6
Butuh beberapa pekan sampai akhirnya Madrid menemukan performa terbaik mereka. Itu pun Zidane jelas sempat kesulitan, Los Blancos bermasalah soal bikin gol.
Madrid mulai padu dua-tiga pekan terakhir dan kini ada di peringkat ke-2 klasemen sementara, mengekor Atletico. Keunggulan duo Madrid ini jelas membuat Barca merana.
Betapa tidak, skuad Koeman dipastikan menutup tahun 2020 di peringkat ke-6. Posisi buruk, Barca tertinggal 7 poin dari Madrid dengan jumlah pertandingan yang sama.
Kali ini para pemain tidak punya banyak waktu istirahat, akan segera memulai musim kembali dan bersaing ketat lagi.