Info Main Bola Jahatnya Juventus kepada Allegri, Sudah Rencana Dikudeta sejak Lama dan Lengser Tanpa Pesangon

Info Main Bola Jahatnya Juventus kepada Allegri, Sudah Rencana Dikudeta sejak Lama dan Lengser Tanpa Pesangon
Info Main Bola Jahatnya Juventus kepada Allegri, Sudah Rencana Dikudeta sejak Lama dan Lengser Tanpa Pesangon

 

InfoMainBola – Pemecatan Massimiliano Allegri mengungkap sisi ‘jahat’ yang dilakukan Juventus untuk mengusir sang pelatih walau berhasil melampaui target musim ini.

Dugaan munculnya konspirasi besar menyelimuti keputusan Juventus mendepak Massimiliano Allegri pada Jumat (17/5/2024).

Pelatih pemilik 6 titel juara Liga Italia dibebastugaskan dari jabatannya saat kompetisi masih menyisakan dua pertandingan.

Allegri memang dihantam kritik sana-sini karena gaya bermain pasukannya yang membosankan.

Juve sering kesulitan mencetak gol dan meraih kemenangan meyakinkan.

Namun realitasnya, Allegri-Ball yang sering jadi bahan candaan itu ampuh juga membawa eks juru taktik AC Milan mewujudkan target dari manajemen Juve.

Seperti dikatakannya beberapa waktu lalu, misi Bianconeri untuk lolos ke Liga Champions dan Piala Dunia Klub sudah tercapai.

Allegri malah memberi bonus dengan raihan trofi Coppa Italia berkat kemenangan 1-0 atas Atalanta pada final di Roma (15/5/2024).

Setelah pertandingan itu, dia sendiri memberikan petunjuk bahwa ada sesuatu yang tak beres dengan kondisi klub yang berakhir dengan pemecatannya.

“Musim ini saya menjadi ‘penangkal petir’. Mari kita lihat siapa berikutnya,” ujar pria 56 tahun kelahiran Livorno.

Maksud Allegri, dia sudah lama merasa bahwa segala kritik dan ejekan terhadap dirinya hanya semacam tameng atau pengalihan isu untuk menyembunyikan segunduk masalah di klub.

Musim ini Bianconeri memang dilanda sejumlah problem pelik, terlepas dari performa inkonsisten di lapangan.

Mereka dihajar masalah doping Paul Pogba, kasus judi Nicolo Fagioli, sampai kondisi keuangan yang buruk dan penyelidikan soal pelanggaran finansial.

Di tengah kondisi tersebut, klub merasa tak yakin dengan kinerja Allegri, yang gagal memberikan trofi dua musim terakhir sebelum juara Coppa Italia tahun ini.

Padahal, klub sudah berkorban banyak untuk menggajinya dan staf dengan perkiraan anggaran kotor 20 juta euro per tahun, plus pajak.

Kehadiran direktur baru, Cristiano Giuntoli, memperkeruh mood kerja bagi Allegri.

Juventus mendatangkannya dari Napoli sebagai pemimpin proyek baru Bianconeri yang mengepalai bidang perekrutan pemain serta pelatih.

Seperti dikutip BolaSport.com dari Tuttomercatoweb, Giuntoli diamanatkan klub buat menyingkirkan Allegri dari balik layar dan membidik penggantinya.

Pilihan Giuntoli jatuh kepada Thiago Motta, arsitek muda Bologna yang terbukti sukses membawa klub antah-berantah itu lolos Liga Champions.

Misi kudeta Allegri pun dilancarkan secara intensif sejak awal tahun ini.

Sementara di depan publik Giuntoli terus menyatakan dukungan buat Allegri, dia ternyata bertemu dengan Motta Februari lalu.

Giuntoli juga menolak mendiskusikan kelanjutan masa depan Allegri dalam pembicaraan empat mata.

Wajar apabila rumor hubungan keduanya yang tidak harmonis mencuat ke permukaan.

Allegri sering berselisih paham soal keputusan transfer dengan Giuntoli, di mana pada bursa Januari lalu sang pelatih menginginkan Giacomo Bonaventura atau Roberto Pereyra.

Namun, sang direktur malah mengabulkan perekrutan Carlos Alcaraz dan Tiago Djalo, yang tidak sesuai preferensi pelatih.

Wajar apabila muncul asumsi bahwa Allegri mengusir Giuntoli dalam momen perayaan juara Coppa Italia kemarin melalui gesturnya di lapangan.

Kendati lantas membantah dugaan tersebut, keputusan Allegri untuk tidak berpelukan atau merayakan gelar bersama Giuntoli tetap memperkuat isu keretakan mereka.

Namun, Juventus dan Giuntoli tidak bisa begitu saja memecat Allegri tanpa alasan yang jelas.

Kontraknya masih tersisa setahun lagi dan klub terancam kewajiban membayar kompensasi setahun pendapatannya bersama staf kalau memberi surat PHK secara langsung.

Kebetulan, muncullah celah yang bisa dimanfaatkan klub agar menghindari pemberian pesangon itu.

Pertandingan versus Atalanta dibumbui kemarahan Allegri terhadap asisten wasit sampai melempar jas dan dasi hingga berujung kartu merah dan skors dua partai.

Seperti ada amarah yang sudah lama dipendam dan ingin dia keluarkan.

Sebelum itu, Allegri juga terlibat konflik dengan jurnalis Guido Vaciago dalam jumpa pers pralaga dengan dirinya diduga mengancam akan merobek telinga editor Tuttosport tersebut.

Kalimat “Tulislah kebenaran, bukan apa yang dikatakan oleh klub” yang diucapkan Allegri jadi pertanda bahwa media yang kerap dikenal sebagai corong Juventus itu menyembunyikan fakta yang terjadi dalam internal Bianconeri.

Maka dari itu, insiden kemarahan Allegri pun dijadikan alasan vital bagi Juventus untuk memberinya surat PHK.

Sesuai pernyataan klub, dasar keputusan mereka memecatnya adalah karena “perilaku tertentu selama dan setelah final Piala Italia yang dianggap tidak sesuai dengan nilai-nilai Juventus.”

Alasan pelanggaran nilai itu menjadi celah klub untuk memberhentikan Allegri dengan prinsip ‘just cause’ atau penghentian kontrak sepihak tanpa kewajiban memberi kompensasi apa pun.

Cara ini bisa ditempuh karena satu pihak, dalam hal ini Allegri, sudah melakukan hal yang melanggar poin tertera dalam perjanjian kontrak untuk “menjaga perilaku sesuai prinsip kesetiaan, kejujuran, serta perilaku yang sesuai komitmen olahraga yang diemban.”

Dengan cara ini, Juve bisa membebastugaskannya tanpa harus membayar sisa gaji 9 juta euro sebagai ganti rugi kehilangan pekerjaan.

Kondisi miris yang dialami Allegri turut menimbulkan rasa prihatin bagi pelatih legendaris Juventus, Fabio Capello.

“Kritik terhadapnya sudah berlebihan. Reaksinya di akhir laga (vs Atalanta) mengejutkan, tapi dia menyembunyikan sesuatu yang lebih dalam,” katanya.

“Saya yakin Allegri telah mengeluarkan yang terbaik dari tim Juventus ini dan dia melakukannya tanpa dukungan klub,” bunyi pembelaan lain dari legenda Bianconeri, Marco Tardelli.

“Dia sendirian selama tiga tahun ini di mana klub menjalani momen-momen sangat sulit,” imbuhnya.

Pengacara Italia, Maurizio Paniz, mengungkap opini menarik bahwa keputusan akhir pemecatan itu memang diambil sesuai rencana di antara tingkatan hierarki klub.

“Situasi empat bulan terakhir memiliki efek signifikan terhadap stabilitas mental dan fisik Allegri,” tutur Paniz.

“Akan lebih logis untuk memikirkan perpisahan sesuai kesepakatan dua pihak di akhir musim, tapi hal itu tidak terjadi karena ada paksaan.”

“Keputusan akhir itu (pemecatan) diambil secara serentak oleh Gianluca Ferrero (presiden klub), Maurizio Scanavino (CEO), dan Francesco Calvo (CFO).”

“Mereka mungkin mendengarkan Giuntoli, dan mendengarnya lagi dari John Elkann (bos Exor, perusaahan pemilik Juventus),” tambahnya.

“Keputusan tidak diambil sendirian. Ini dievaluasi dan didiskusikan dengan berbagai level manajerial,” tutur Paniz.

 

SITUS POKER ONLINE