info main bola – Zinedine Zidane sekali lagi menghadapi masa-masa sulit sebagai pelatih Real Madrid. Zidane dikritik keras, diserang isu pemecatan, dan dianggap tidak pantas menangani Los Blancos.
Zidane mungkin benar pernah meraih segalanya bersama Madrid, tapi sekarang kondisinya sudah jauh berbeda. Skuad Madrid tua, dan Zidane bukan sosok yang tepat untuk menyegarkannya.
Teranyar, Madrid kalah 0-2 dari Shakhtar Donestk pada matchday 5 Grup B Liga Champions. Hasil ini menampar skuad Zidane, mereka terancam merosot ke Liga Europa — mimpi buruk bagi Los Blancos.
Zidane pernah dikenal punya sentuhan emas, dengan 11 gelar hanya dalam dua setengah tahun melatih Madrid — di antaranya ada 3 trofi Liga Champions beruntun.
Lalu mengapa dia begitu kesulitan sekarang? Mungkin klub pun ikut bersalah karena tidak mendatangkan pemain yang lebih segar, tapi sebagian besar kesalahan ada di pundak Zidane pula.
Starting XI yang tidak jelas
Pelatih boleh bereksperimen, apalagi jika punya skuad sehebat Real Madrid. Namun, sepertinya Zidane terlalu sering mengutak-atik taktik Madrid, alhasil tidak ada ritme yang tercipta.
Starting XI Zidane terus berubah, dan selalu mengejutkan. Di tahun 2020 ini tidak ada line-up pakem Madrid, bahkan pemain seperti Toni Kroos pun berulang kali dicadangkan.
Zidane boleh beralasan jadwal yang terlalu padat, atau soal memberi kesempatan pada pemain cadangan. Masalahnya, Madrid tidak bisa menang ketika rotasi berlebihan.
Terus berjudi dengan pemain yang tampil buruk
Marcelo pernah jadi salah satu pemain terpenting dalam permainan Madrid, tapi jelas masa-masa terbaiknya sudah lewat.
Masalahnya, Zidane masih begitu yakin pada kemampuan bek 32 tahun ini. Marcelo beberapa kali diturunkan pada laga penting, sayangnya dia tampil mengecewakan.
Juga ada kasus Isco yang masih bermain buruk meski mendapatkan kesempatan. Untungnya ada pula kasus Lucas Vazquez, perjudian Zidane yang berhasil dengan peningkatan performanya.
Transfer pemain
Pilihan pembelian pemain Zidane pun bermasalah. Dia yang meminta klub mendatangkan Luka Jovic, sekarang dia sendiri yang tidak memberi kesempatan pada striker Serbia itu — selain masalah cedera.
Lalu ada kasus Eden Hazard yang cedera kambuhan. Hazard seharusnya jadi penyelamat Madrid, tapi bermain reguler pun dia tidak bisa.
Sebelumnya ada pula Ferland Mendy yang dibeli untuk dicadangkan, sampai akhirnya dia terbukti bisa melampaui level Marcelo.
Meski begitu, setidaknya Zidane bisa berlindung di balik transfer Paul Pogba yang tidak kunjung dikabulkan klub.
Melepas pemain-pemain penting
Bukan hanya pembelian Zidane yang bermasalah, dia pun membuat keputusan-keputusan ekstrem perihal melepas pemain Madrid.
Ada Marcos Llorente yang dibiarkan membelot ke Atletico Madrid, sejauh ini Llorente dipercaya jadi pemain inti. Lalu ada Sergio Reguilon yang moncer bersama Tottenham, dan Achraf Hakimi yang gemilang di Inter Milan.
Zidane pun membiarkan Brahim Diaz dipinjamkan ke AC Milan, dan sekarang winger Spanyol itu tampil luar biasa dan berkontribusi.
Taktik usang
Gaya melatih dan gaya bermain ala Zidane belum berubah sejak pertama kali dia menangani Madrid lima tahun lalu.
Dia menerapkan cara kerja yang sama dan taktik yang sama ketika Madrid meraih 11 gelar bersamanya, tapi masalahnya sekarang pemain-pemain yang tersedia sudah berbeda.
Zidane harus berubah, harus menyegarkan pilihan taktiknya dan menyesuaikan dengan pemain-pemain yang lebih muda dan baru.