INFOMAINBOLA – David Luiz memutuskan pisah jalur dengan Chelsea dan memilih bergabung dengan Arsenal pada bursa transfer musim panas kemarin. Sesuatu yang disayangkan oleh sejumlah staf dari bekas klubnya tersebut.
Ikatan antara David Luiz dengan Chelsea terjalin sejak tahun 2011 lalu. Namun ia memutuskan hubungan itu tiga tahun setelahnya guna memenuhi pinangan dari raksasa Prancis, PSG.
Pada akhirnya, ia hanya mampu bertahan selama dua musim di klub berjuluk Les Parisiens tersebut. Setelahnya, ia memilih untuk jatuh ke pelukan Chelsea lagi dan meraih trofi Premier League di tahun 2017.
Kembali, setelah tiga tahun, David Luiz kembali angkat kaki dari Stamford Bridge. Menjelang penutupan bursa transfer, pria asal Brasil itu memilih untuk menjadi bagian dari Arsenal.
Koneksi yang Sangat Mengikat
Meski sering berpindah-pindah, namun David Luiz tak bisa memungkiri ikatan yang terjalin antara dirinya dengan tim berjuluk the Blues itu. Bahkan ia sempat merasa gamang saat baru berlabuh di Emirates Stadium.
“Jujur, pada tiga hari atau satu pekan perdana rasanya tidak mudah untuk memahami semua emosi atau bagaimana perasaan saya, karena semuanya tahu sejarah saya dengan Chelsea,” ujarnya kepada OTRO.
“Saya memiliki koneksi dengan semua orang di klub. Rasanya sangat luar biasa besar, dan saya merindukan semuanya,” lanjutnya.
“Setiap pesan singkat yang saya terima, orang-orang berkata: ‘kembalilah, kembalilah, kembaliah, kembalilah, kami ada di sini untuk anda,” tambahnya.
Kisah Pria Berusia 75 Tahun
David Luiz tidak hanya berinteraksi dengan semua orang yang ada di dalam stadion saja. Bahkan, ia seringkali menghabiskan waktu makan pagi bersama seseorang yang sudah berusia 75 tahun.
“Saya beri contoh tentang seseorang di sana yang sudah berusia 75 tahun. Dia menikmati sarapan dengan saya kala dia punya kesempatan. Dia mengirimi saya pesan: ‘Saya masih menanti anda di sini untuk menikmati sarapan bersama lagi’.”
Jelas saja, David Luiz merasa berat harus meninggalkan itu semua. Segala kenangannnya bersama Chelsea telah membekas di hatinya. Namun demi profesionalitas, ia harus tetap berjalan.
“Dengan profesional, saya berkata: ‘ini adalah momen yang baru buat anda. Hal besar lain yang harus anda lakukan. Mungkin bila saya bertahan di zona nyaman, itu bukan hal yang baik buat anda?’,” pungkasnya.