info main bola – Ralf Rangnick mulai terpojok di tengah kesulitan Manchester United. Rangnick dianggap bersalah dan tidak cukup bagus untuk memperbaiki masalah MU.
Teranyar, MU babak belur dihajar Manchester City dalam duel lanjutan Premier League 2021/22. Bertandang ke Etihad Stadium, Minggu (6/3/2022), MU keok dengan skor 1-4.
Kekalahan ini melengkapi rentetan hasil buruk MU dalam beberapa pekan terakhir. Mereka tidak bermain maksimal di liga, kehiangan poin saat menghadapi Southampton dan Watford.
Hasil buruk ini pun mempersulit posisi Rangnick. Dia dianggap tidak bisa membangkitkan tim yang sedang bermasalah dengan mentalitas.
Sudah tahu akan sulit
Kekalahan MU kemarin tidak terlalu mengejutkan bagi sang mantan pemain, Gary Neville. Menurutnya, sudah diprediksi bahwa MU akan kehilangan poin di bulan Maret.
Masalahnya, Neville juga mengakui bahwa hasil-hasil buruk di bulan Maret ini bisa menegaskan posisi MU sekarang sebagai tim.
“Kita tahu periode sulit ini akan datang ketika mereka harus melawan Atletico Madrid dua kali, Liverpool, Tottenham, dan Man City hanya dalam waktu satu bulan,” ujar Neville di Sky Sports.
“Mereka akhirnya menghadapi tim yang layak jadi lawan dan terbukti mereka tidak bisa mengimbangi. Tidak ada perbedaan dengan ketika Ole Gunnar Solskjaer masih memimpin dan ini bukanlah cerminan kualitas Rangnick.”
Tidak bisa disalahkan
Neville mendengar bahwa sebagian besar fans MU mulai mengkritik dan menyalahkan Rangnick. Menurutnya kritik itu tidak depat. Rangnick hanyalah pelatih interim, persoalannya justru ada pada pemain.
“Saya sama sekali tidak menyalahkan dia [Rangnick] untuk apa yang terjadi saat ini. Dia tidak akan jadi pelatih musim depan, jelas tidak,” lanjut Neville.
“Persoalannya, siapa pemain yang akan bertahan di akhir musim nanti? Saya sudah bersikap kritis terhadap semangat mereka, bocoran-bocoran informasi ruang ganti, kurangnya kebersamaan mereka.”
Tidak bersemangat
Lagi pula, di mata Neville kekalahan MU dari Man City kemarin lebih banyak disebabkan oleh masalah mentalitas. Para pemain tampak sudah kalah sebelum bertanding.
“Mereka memiliki bujet mencapai 350 juta pounds dan sudah menghabiskan 1,2 miliar pounds untuk skuad ini, jadi Anda tahu mereka bisa mempertahankan situasi,” sambung Neville.
“Namun, ketika mereka bermain melawan tim-tim top, pada saat itulah mereka kocar-kacir. Yang kita lihat di akhir pertandingan ini adalah Man Utd yang tidak punya semangat,” pungkasnya.