info main bola – Josep Maria Bartomeu resmi mengundurkan diri dari Barcelona, membawa serta seluruh jajaran direksinya. Keputusan ini sudah diduga, tapi masih saja mengejutkan.
Betapa tidak, Bartomeu pergi dengan cara yang mengenaskan. Dia terdesak meninggalkan klub karena kalah dukungan dari Lionel Messi, yang jelas merupakan pemain terpenting dalam skuad Barcelona saat ini.
Kepergian Bartomeu ini pun merupakan akumulasi dari sejumlah masalah dan kekecewaan beberapa tahun terakhir. Dia dianggap gagal total, membawa klub ke arah yang tidak jelas.
Nahasnya, pengunduran Bartomeu ini pun bisa diartikan sebagai pengakuan kekalahannya dari Leo Messi.
Gagal dan tidak jelas
Sebagai presiden, karier Bartomeu terbagi dalam dua bagian ekstrem. Di eranya Barca meraih empat gelar La Liga dan satu Liga Champions, terbilang impresif.
Namun, beberapa tahun terakhir Bartomeu gagal merancang proyek perkembangan klub yang jelas. Barca memang masih membeli pemain baru, tapi tidak ada cetak biru yang meyakinkan.
Ketidakjelasan ini dapat dilihat dari kebijakan transfer Barca beberapa tahun terakhir. Ada banyak pemain yang didatangkan, tapi hampir semua dijual lagi setelah satu musim.
Singkatnya, Bartomeu gagal menciptakan tim yang pantas untuk memaksimalkan potensi Messi di lapangan.
Pemberontakan Messi
Kegagalan dan proyek yang tidak jelas itulah yang jadi awal bencana Bartomeu. Musim panas lalu, Messi memulai pemberontakannya untuk meninggalkan klub.
Tentu ini membuat fans Barca terkejut dan marah. Tidak pernah terbayangkan bahwa Messi sendiri yang akan mengajukan permintaan transfer.
Messi akhirnya bertahan, betul, tapi lebih karena klausul kontrak. Dia sudah telanjur kecewa dengan kepemimpinan Bartomeu yang tidak jelas.
Selain itu, Bartomeu punya reputasi buruk di mata ruang ganti. Dia selalu menyalahkan para pemain ketika meraih hasil buruk, padahal klub juga ikut bersalah.
Mosi tidak percaya
Pemberontakan Messi berujung pada mosi tidak percaya yang digelar publik Catalan. Mereka marah dan berusaha melakukan segala cara supaya Messi bertahan, inilah salah satunya.
Dibutuhkan minimal 16.250 tanda tangan untuk meloloskan mosi tidak percaya menjadi referendum. Saat artikel ini ditulis sudah ada 20.000 lebih tanda tangan, Bartomeu terdesak.
Awalnya dia ngotot bertahan, yakin bahwa referendum tidak akan bisa dilakukan karena situasi pandemi. Namun, Selasa (27/10/2020) kemarin pemerintah Catalan mengumumkan bahwa referendum masih bisa dilakukan dengan kawalan protokol ketat.
Referendum diizinkan, terpaksa pergi
Begitu mendengar referendum bisa dilangsungkan, pilihan Bartomeu tersisa dua: mengundurkan diri, atau menunggu pemungutan suara dan dicopot dengan tidak hormat.
Tentu pilihan kedua lebih buruk, karena itulah Bartomeu memilih mengundurkan diri. Dengan demikian dia merasa keputusan masih ada di tangannya, meski sebenarnya jelas terdesak.
Bartomeu mundur beserta seluruh jajaran direksinya. Seharusnya ini adalah tahun terakhirnya menjabat sebelum pemilihan ulang, tapi apa daya dia harus pergi lebih cepat.
Pertanda Messi lebih besar?
Terlepas dari daftar dosa Bartomeu tersebut, pengunduran diri presiden klub terbilang langka di era modern.
Lihat saja bagaimana fans Manchester United bertahun-tahun menyuarakan Glazers Out, tapi tidak pernah ada pergerkan siginifikan. Fans Arsenal pun mencoba menyuarakan Kroenke Out, juga tidak mempan.
Sebab itu, pengunduran diri Bartomeu ini dapat disebut sebagai torehan apik fans Barca. Mereka bersatu mengambil sisi Messi dan menyerang Bartomeu.
“Kemenangan Messi?”
Pertanyaannya, bukankah pengunduran diri Bartomeu ini pun bisa dipandang sebagai kemenangan Leo Messi? Di sini prinsip “Tidak ada pemain yang lebih besar dari klub” patut dipertanyakan.
Bartomeu buruk dalam tahun-tahun terakhirnya, tapi dia pernah sukses mempersembahkan trofi dan mendatangkan pemain-pemain terbaik.
Katakanlah pemain yang memberontak bukan Messi, seperti kasus Ivan Rakitic dan Luis Suarez kemarin, mungkinkah Bartomeu sampai harus diserang mosi tidak percaya dan akhirnya mengundurkan diri?
Torehan Barcelona di era Bartomeu
*La Liga: 4 trofi
*Copa del Rey: 4 trofi
*Supercopa de Espana: 2 trofi
*Liga Champions: 1 trofi
*UEFA Super Cup: 1 trofi
*FIFA Club World Cup: 1 trofi